Ratusan Juta Kibaran Daun Anthurium
Ratusan Juta Kibaran Daun Anthurium
Menurut Ahmad Fauzi, pemilik Jelajah Nursery, di Jakarta, harga Anthurium saat itu disamakan dengan tanaman hias lain yang kurang populer namanya. Bahkan ada yang menanamnya di tanah, tanpa pot seperti sekarang ini.
Anthurium terdiri dari dua golongan, yaitu Anthurium yang hidup sebagai semak-semak di hutan dan yang menempel di batang pohon (epifit). Jenis Anthurium yang banyak diburu adalah Anthurium jenmanii. Dibandingkan jenis lain, sosok A. jenmanii memang paling gagah. Wajar bila para hobiis rela menguras koceknya.
Kondisi itu sangat jauh berbeda ketika A. jenmanii baru datang pada 1984. Kala itu, penggemarnya sangat sedikit. Namun, setahun kemudian, orang mulai melirik keberadaan Anthurium. Lambat-laun Anthurium ini menggeser kepopuleran tanaman hias lain seperti Philodendron yang saat itu cukup banyak diminati hobiis tanaman hias daun.
Namun keberadaan Anthurium di puncak ketenaran tidak lama. Soalnya, beberapa tahun kemudian muncul tanaman hias lain yang lebih eksotik dari sisi warna daun dan bunganya, seperti Euphorbia, Aglaonema, maupun Adenium.
Pada 1995, pamor Anthurium semakin turun, tatkala keanggunan warna daun Aglaonema semakin menawan hingga tahun lalu. Anthurium semakin banyak ditinggal penggemar tanaman hias ketika muncul beragam tanaman hias yang lebih menarik.
Seperti Harta Karun
Memasuki 2006, harga Anthurium berangsur naik. “Banyak orang mencari Anthurium jenmanii, bahkan mereka berani memborong tanaman ini di beberapa kios di Sawangan dan Parung,” tambah Ahmad Fauzi.
Endang, salah satu pedagang di bilangan Sawangan mengonfirmasi, Februari lalu di antara beberapa jenis Anthurium, hanya jenmanii yang bernilai jual tinggi. “Saya jual Rp75.000 dengan kondisi tanaman yang jelek, daun sobek, potnya dari tembikar murah. Jenis lainnya, hanya Rp15.000—Rp25.000,” cerita Endang. Namun kini, ia kesulitan mencari A. jenmanii karena harganya tak terjangkau lagi baginya.
“Modalnya tidak cukup. Nyesel saya waktu itu terburu-buru menjualnya. Kalau tahu informasi bakal mahal, tidak akan saya jual dengan harga segitu,” tambahnya.
Hal yang sama juga dialami Sarwono dan Pardi, pedagang tanaman hias di Parung, Bogor. “Saya jual jenis Wave of Love ukuran 20 cm cuma Rp15.000 saja, sedangkan yang jenmanii hanya Rp20.000 dengan ukuran sama,” kata Pardi. Saat itu, tambah Pardi, orang sini belum tahu akan terjadi booming Anthurium setelah lama tidak pernah dilirik orang.
Sejak Mei lalu, bisnis Anthurium mulai menggila. Di berbagai pameran, terlihat pembeli yang memborong beberapa jenis tanpa tawar-menawar. Para pedagang pun girang sehingga mereka mengeluarkan stok, baik yang terawat maupun kurang baik. Bahkan, mereka sampai memindahkan Anthurium yang ditanam di tanah ke pot-pot lebih bagus.
Menurut Fauzi, Anthurium kini ibarat harta karun. Akibat permintaan pasar yang tinggi, banyak penangkar menyiapkan stok-stoknya untuk ikut menikmati laba. Tren ini juga terlihat dengan banyak pembeli dari luar daerah seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur yang memborong anthurium di kawasan Sawangan dan Parung.
Hal kurang lebih sama dialami Joko, pedagang tanaman hias di bilangan Alam Sutera Serpong, Tangerang. Dalam waktu 3 hari saja, kata dia, harga Anthurium naik 3 kali lipat di Pameran Flora dan Fauna di Lapangan Banteng, Jakarta, Agustus lalu. “Tiga bulan sebelum pameran, saya beli Anthurium jemanii dengan harga Rp65.000 berukuran 30—35 cm. Saat dipajang dalam pameran tersebut, ada yang menghargai Rp150.000. Tiga hari kemudian laku dengan harga Rp300.000,” cerita Joko. Anthurium yang dilepasnya itu sekarang sudah melonjak menjadi Rp1,5 juta.
Pameran Mendongkrak Harga
Tidak hanya A. jenmanii yang laris manis, tapi ragam Anthurium lain pun ikut terangkat namanya. Jenmanii sangat diminati lantaran berkarakter bagus, daun kompak dan kuat, serta mudah penanganannya.
Para penyilang pun ikut meramaikan pasaran dengan beberapa jenis hasil silangan seperti black beauty dan marble queen. Beberapa hasil persilangan itu mengalami mutasi sehingga berpenampilan ganjil. Ini cukup menarik bagi penyilang sehingga mereka malah sengaja melakukan mutasi.
Naiknya pamor Anthurium yang satu itu juga tidak terlepas dari borong para pebisnis hingga di pasaran hanya tersedia sedikit. Kemudian mereka menjualnya kembali dengan harga yang lebih tinggi. Menurut beberapa pedagang di Jakarta dan Bogor, bisnis ini sebenarnya akal-akalan para kolektor dan pebisnis besar yang merasa kesal dengan kiprah Aglaonema yang menyodok kejayaan Anthurium. Menurut Joko, acara pameran flora juga merupakan ajang yang sangat efektif untuk menghembuskan isu harga Anthurium.
Entah mana yang benar. Yang jelas, saat ini hobiis tanaman amat menggandrungi Anthurium. Aglaonema, Adenium, Nephentes, kini gigit jari dan menunggu menurunnya pamor sang Anthurium.
Tri Mardi
Peluang Bisnis dan Peluang Usaha Halal Di Indonesia
No comments:
Post a Comment