20070909

Hasil Manis Berbisnis Anthurium

Terkadang, harga anthurium memang tidak realistis. Tapi nyatanya, tanaman ini tetap diburu orang.

Pertama kali melihat tanaman anthurium, Janti K Himawan langsung jatuh cinta. Padahal saat itu (tahun 1996), anthurium belum dikenal seperti sekarang. Empat tahun kemudian, ibu dua anak ini kembali jatuh cinta ketika melihat anthurium jenis wave for love (gelombang cinta) di rumah salah seorang temannya. Tawar-menawar pun dilakukan. Akhirnya, si gelombang cinta itu pun jatuh ke tangan wanita yang akrab disapa Yanti ini. Harganya Rp 1,7 juta.

''Begitulah kalau sudah senang, tanaman berapa pun harganya, pasti saya berusaha untuk bisa memiliki,'' tutur Yanti. Sejak remaja, Yanti memang sudah gandrung pada tanaman hias. Hingga menikah dan berumah tangga, kecintaan pada tanaman hias tak pernah luruh. Saat itu, Yanti memang hanya sebatas suka, tak ada niat untuk bernisnis tanaman hias, khususnya anthurium, yang ia geluti saat ini.

Yanti bercerita, ide untuk berbisnis anthurium muncul setelah anthurium yang ia beli tumbuh manggar (calon biji), dengan setiap manggar menghasilkan ribuan biji. Yanti lumayan bingung saat itu. Sebab, membiakkan sendiri biji sebanyak itu tentu ia tak sanggup. Jadi, mesti dikemanakan biji-biji itu?

Rahmat Himawan, suami Yanti, ikut pula memikirkan hal ini. Tak lama kemudian, ia menemukan ide cemerlang, yakni mempromosikan biji-biji anthurium tersebut melalui website. Rahmat memasang harga Rp 5.000 untuk setiap butir biji. Reaksinya yang muncul luar biasa. Ponsel Yanti tak henti berdering. Ia dihubungi para penggemar anthurium dari Jakarta hingga luar Jawa. Ada peminat datang langsung ke rumah memesan 300 biji. ''Dari situ saya baru tahu kalau anthurium diburu banyak orang,'' kata Yanti.

Sejak saat itu, Yanti dan keluarganya tak sekadar mengoleksi tapi juga berbisnis anthurium. Kini, aneka jenis anthurium menghiasi halaman rumahnya yang asri di bilangan Jakarta Selatan. Suaminya yang dulu penggemar otomotif dan hobi memelihara burung ikut menyukai anthurium juga. Bahkan, Rahmat kini sangat piawai dalam membibit dan merawat anthurium.

Jika ditelusuri, sejatinya Yanti maupun sang suami tak memiliki latar belakang pendidikan yang berhubungan dengan tanaman. Yanti lulusan sekolah sekretaris di Bandung, sedangkan suaminya mendalami ilmu administrasi di sebuah universitas di Amerika. ''Mungkin karena sering browsing internet menjadi paham anthurium,'' tutur Himawan.

Menjanjikan
Tahun 2000-an, tanaman asal Amerika Latin ini sangat populer. Tanaman hias yang satu ini banyak diburu, sehingga harganya fantastis. Ada yang laku sampai ratusan juta rupiah. Anthurium jenmanii misalnya, laris-manis dibeli orang dengan harga Rp 150 ribu kendati baru tumbuh sebesar taoge. Setiap kali tingginya bertambah sekitar 2 cm, harganya melonjak sampai jutaan rupiah. ''Kalau dipikir-pikir harga anthurium memang tidak realistis, tapi kenyataannya tanaman itu laku keras,'' kata Yanti.

Hingga saat ini, anthurium masih diburu orang. Tak ada harga standar, akibatnya harga terus menggila. Yanti menduga, hal ini terjadi lantaran peminat makin banyak tapi 'barang' terbatas. Apalagi, kini banyak 'pemain' baru dari kalangan eksekutif muda. Namun, pemilik Janti'K Nursery mengaku, harga tanaman anthurium-nya masih realistis, jauh di bawah harga pasar. Harga yang ditawarkan berkisar Rp 5.000 (yang bibit) sampai Rp 30 juta. Tergantung dari jenis, tinggi, dan bagusnya daun-daun. Yanti bercerita, ada seseorang yang membeli anthurium jenmanii seharga Rp 6 juta. ''Ternyata, 'barang' itu untuk dijual lagi dengan harga tiga kali lipat. Anehnya, ada juga yang mau beli.''

Sebagai penyuka sekaligus pebisnis anthurium, Yanti kerap menghadapi dilema. Ia dan suaminya sering merasa sedih kalau tanaman anthurium yang mereka rawat sejak masih berupa biji, terjual. ''Bayangkan saja, kita merawat sejak masih biji sampai daunnya bagus-bagus. Ternyata menjadi milik orang. Sedih kan, kita nggak bisa lihat lagi. Karena itu, banyak pembeli bilang agar saya ikhlas ketimbang kepikiran terus,'' papar wanita yang juga menekuni bisnis garmen ini.

Para pembeli anthurium milik Yanti tak hanya datang dari Jakarta, tapi juga dari kota-kota lain, baik di Jawa maupun luar Jawa. Ada juga pembeli yang minta dikirim via paket ke Singkawang, Kalimatan Barat. Namun Yanti menolak, karena perjalanan lebih dari tiga hari bisa membuat bibit anthurium, mati. ''Kasihan, sudah keluar uang banyak, ternyata anthurium-nya tidak bisa dirawat. Kalau perjalanan kurang dari tiga hari, masih bisa dikirim, seperti ke Solo.''

Mengenai prospek bisnis anthurium, Yanti menyebutnya cukup menjanjikan, setidaknya untuk saat ini. Namun, ia menyadari bahwa pembeli tidak datang setiap hari. Kadang, pembeli sangat banyak, tapi kadang tidak ada sama sekali. Jika dirata-rata, penghasilan Yanti dari bisnis ini mencapai Rp 7 juta sampai Rp 10 juta per bulan. ''Saya tidak ngoyo dan tidak mempunyai target harus laku segini. Mungkin karena saya juga penyuka anthurium, makanya santai saja. Apalagi usaha ini dilakukan rumah.'' vie
Peluang Bisnis dan Peluang Usaha Halal Di Indonesia

No comments:

Keliling Dunia Lewat Bisnis dari Rumah